Diorama di Jatim Park 1 |
Hari ke-6...saatnya mencoba pemanas air yang hari kemarin baru saja kami beli. Tidak tanggung-tanggung, pemanas air yang berkapasitas tidak sampai satu liter tersebut akan kami gunakan untuk memasak air untuk mandi. Percobaan pertama berhasil, air berhasil menjadi panas dan saya mempersilakan istri saya untuk mandi terlebih dahulu dan saya akan kembali memasak air untuk saya sendiri. Di kamar hotel tersebut, tidak tersedia banyak outlet listrik, sehingga kami agak kesulitan sewaktu memasak air tersebut dan karena itu pula kami harus meletakkan pemanas air tersebut di atas kasur. Sebelum istri saya mandi, saya sempat mengambil air dari kamar mandi untuk dimasak, sambil saya membayangkan enaknya mandi menggunakan air hangat di pagi yang cukup sejuk itu. Sambil menunggu air masak, saya membuka-buka hp dan sebentar-sebentar melirik ke arah pemanas air tersebut. Setelah istri saya hampir selesai mandi dan saya telah selesai membuka-buka hp, saya kembali melirik ke arah pemanas air tadi dan saya melihat ada sesuatu yang aneh dari pemanas air itu. Aneh karena airnya tidak mengeluarkan gelembung-gelembung kecil seperti tadi dan saya dekatkan tangan ke atas permukaan air tersebut dan ternyata airnya masih saja dingin. Tidak mau ambil resiko tersengat aliran listrik, saya mencabut pemanas air dari stop kontaknya dan memasukkan jari ke dalam air, dingin, itu yang saya rasakan. Saya coba membetulkan sambungan kabel yang menancap di alat itu dan memindah colokan listriknya ke outlet yang lain, namun hasilnya sama saja, air tetap dingin. Saya belum mau mengakui jika alat yang baru terpakai sekali itu rusak, sehingga saya tetap mencoba memanaskan air sementara saya mandi menggunakan air dingin. Setelah mandi saya kembali mengecek airnya dan tetap saja..dingin.. Ya sudah, akhirnya saya mengalah dan mengakui bahwa alat itu rusak, busted, tidak bisa dipakai dan menerima kenyataan bahwa kami akan tetap mandi air dingin pada mandi-mandi berikutnya di hotel ini. Pemanas air itu, walaupun sudah rusak, anehnya tidak kami buang, dan masih tersimpan rapi di dalam box plastik yang kamu bawa selama perjalanan.
Setelah selesai urusan permandian, saatnya menghibur diri dengan mencari sarapan yang agak berbau ayam. Ya, pilihannya tentu saja jatuh kepada restoran ayam goreng cepat saji yang paling jago. Yup, tidak jauh dari hotel memang terdapat restoran itu dan kami hanya perlu berjalan kaki saja sebentar. Pulang dari makan ayam goreng, kami sempat mencari toko alat listrik untuk membeli colokan listrik tambahan atau rol kabel untuk tambahan colokan di kamar hotel yang hanya sedikit. untuk menghemat uang jajan,kami memilih rol kabel yang termurah. Kami membutuhkan banyak colokan listrik karena memang gadget yang harus kami charge cukup banyak. Pada perjalanan ini kami membawa:
1. HP masing-masing 1 buah = 2 buah
2. HP sebagai secondary GPS = 1 buah
3. Kamera digital = 1 buah
4. Action Cam = 1 buah
5. GPS = 1 buah (memang dapat diisi daya di mobil namun sering saya lepas untuk menentukan rute dan membuat waypoint)
6. Tablet (bukan obat) untuk browsing tujuan dan memesan penginapan = 1 buah
Kami sebenarnya juga telah melengkapi si Blue dengan power inverter yang dapat mengubah listrik dari lighter mobil menjadi listrik AC 220V, namun pada prakteknya di perjalanan, jarang sekali kami mengisi daya semua gadget kami di mobil, paling hanya HP/tablet saja.
Lion and lioness of Jatim Park I |
Hari itu tujuan kami adalah kembali ke Batu untuk mengunjungi Museum Angkut dan Jatim Park 1, kami berdua sama-sama belum pernah mengunjunginya, jadi alasan kami kesana adalah karena rasa penasaran. Setelah selesai membeli rol kabel, kami bersiap-siap dan segera melaju kembali ke Batu setelah acara halal bihalal di kantor Bupati (kalau tidak salah ingat) di depan hotel selesai karena selama acara itu berlangsung, jalanan di depan hotel ditutup. Seteleh GPS menunjukan bahwa Museum Angkut berada tidak jauh lagi, kami terkejut karena antrian mobil yang akan menuju ke Museum Angkut sangatlah ramai, hingga mengular naga panjangnya bukan kepalang. Namun, karena tekad sudah bulat, kamipun ikut mengantri dan bersabar karena memang tempatnya masih belum buka. Setelah mengantri cukup lama, kami entah bagaimana mendapat parkir bukan di halaman parkir resmi Museum Angkut, melainkan di semacam tanah lapang di sebelah komplek museum. Ya, tidak apa-apalah, walau saya tahu ongkos parkirnya pasti jauuuuh lebih mahal.
Setelah turun dari mobil, kami ikut mengantri karcis dan ternyata antrian manusia yang akan membeli
karcis juga sangat panjang, sangaaaatttt panjaaaang. Namun sekali lagi, karena tekad sudah bulat ya kami tetap ikut mengantri. Akhirnya tiba giliran kami sampai di depan loket dan berhasil membeli tiket. Kami menuju ke pintu masuk dan tiba di ruangan yang sangat besar yang berisikan koleksi sepeda motor dan mobil kuno yang cukup banyak. Kami pikir, inilah ruang pamer utama museum ini dan hanya sebentar saja pasti akan selesai berkeliling. Namun dugaan kami salah besar karena kompleknya sangat besar dan terbagi menjadi berbagai macam tema seperti Hollywood, untuk kendaraan-kendaraan dari Amerika dan negara Inggris, untuk kendaraan-kendaraan yang berasal dari Inggris dan kami memerlukan waktu hampir tiga jam untuk menyelesaikannya.
Replika karapan sapi kalo gak salah... |
Setelah puas (dan lelah) berkeliling di Museum Angkut, kami lalu menuju ke semacam pameran kesenian atau kebudayaan yang berada di komplek museum. Pameran tersebut berisikan barang-barang yang berkaitan dengan kebudayaan Indonesia seperti topeng dan senjata-senjata kuno, setelah itu kami mampir ke semacam arena kuliner bertema Venice yang masih juga berada di lingkungan museum, kami sempat makan sebangsa siomay atau batagor untuk mengganjal perut dan menyudahi kunjungan ke Museum Angkut kali itu. Untuk kunjungan kami ke Museum Angkut ini saya tidak bisa menjelaskan terlalu detail karena selain kejadiannya sudah lebih dari setahun yang lalu, file-file foto khusus Museum Angkut ini hilang, raib, gone with wind, musnah entah kemana, padahal foto-foto perjalanan sebelumnya dan setelah Museum Angkut ini ada. Bahkan foto-foto di Jatim Park I, yang masih satu hari dengan Museum Angkut masih ada, aneh.
Hari sudah agak sore ketika kami sampai di Jatim Park 1, bahkan kami termasuk rombongan terakhir yang masuk ke Jatim Park 1. Isi dari Jatim Park 1 ini mirip TMII menurut saya, kebanyakan berisikan sejarah dan kebudayaan Indonesia. Permainan anak juga tersedia disini, namun jumlahnya sedikit, inti dari Jatim Park I ini mungkin untuk menambah wawasan mengenai Indonesia, jadi yang diutamakan adalah isinya. Kalau seperti kata orang akuntansi itu substance over form, lebih mementingkan isi daripada bentuk. Tidak sempat banyak berhenti dan mengambil foto karena memang tempatnya sudah akan tutup, kami melaju menuju pintu keluar dan langsung kembali menuju Malang. Sebelumnya untuk mengganjal perut (lagi) dan sekalian makan malam, kami makan di Hot CMM sambil menunggu kepadatan kendaraan yang turun dari Batu ke Malang berkurang. Setelah selesai makan kami kembali ke hotel, untuk beristirahat, sepertinya tidak mandi karena udara dingin dan thanks to broken water boiler, kemudian packing karena besok, sanak saudara dari Istri yang akan menuju ke Jember akan tiba di Malang untuk menginap semalam dan kami harus check out dari hotel Santosa..ZzZzZz
Peta Jatim Park I |
No comments:
Post a Comment