Showing posts with label mobil. Show all posts
Showing posts with label mobil. Show all posts

Sunday, June 28, 2020

This is Africa 1

Jacaranda di sudut Kota Harare
Jacaranda di sudut kota Harare

Pada bulan November 2018, saya harus berpindah tempat tugas ke sebuah negara di Benua Afrika. Pekerjaan saya sekarang mengharuskan saya dan istri untuk pindah sementara dari Indonesia ke benua itu selama kurang lebih 2 tahun yang kemudian jika semua berjalan sesuai dengan rencana kami akan langsung pindah lagi ke Laos selama 2 tahun lagi dan baru kembali ke Indonesia. Ada banyak cerita dan alasan bagaimana akhirnya saya bisa terpilih atau lebih tepatnya memilih untuk tinggal di Benua Afrika tapi, apapun alasan dan ceritanya, bagi saya dan istri, ke Benua Hitam ini adalah another chapter of adventure walaupun kami sama sekali mengendarai sepeda motor seperti yang sering kami lakukan di Indonesia tapi, to see different culture, people, language and try to live with them adalah salah satu anugerah dan pemberian dari Tuhan yang sungguh rruuuarrrr biaasaa….Alhamdulillah… Tulisan ini saya buat kurang lebih 3 bulan sebelum saya harus pindah lagi ke Negara lainnya untuk tinggal dan bekerja salama 2 tahun jika semua berjalan sesuai rencana.

Negara itu dinamakan Zimbabwe yang berada di Benua Afrika bagian selatan, tepat berbatasan langsung dengan Afrika Selatan di sebelah selatannya., Negara Zambia di sebelah utaranya, Mozambique di sebelah timur dan di sebelah baratnya ada Negara Botswana. Nama nama Negara yang mungkin cukup kurang didengan oleh kita semua. Banyak hal yang dapat diceritakan di Negara ini mulai dari politik, ekonomi, sosial budaya dan masih banyak hal lainnya, namun saya tidak akan membahas hal-hal itu karena saya akan membahas mengenai tempat-tempat mana saja yang pernah saya kunjungi untuk saya bagi kepada anda.

Mungkin banyak dari anda yang sering dengar nama Zimbabwe namun ya hanya mendengar saja, seperti saya dulu. Dulu sewaktu sekolah nama Zimbabwe sering digunakan sebagai semacam ejekan untuk mengtakan bahwa sesuatu atau seseorang itu berasal dari tempat yang jauh atau kuno. Ya, itu juga sebagai salah satu alasan mengapa saya memilih untuk tinggal disini.

Harare, adalah ibukota Negara ini dimana saya tinggal, saya tinggal di apartemen berlantai 6 di daerah agak pinggir kota yang berada tepat di depan rumah dinas presiden. Hampir seluruh bangunan yang ada di kota ini merupakan bangunan yang sudah cukup lama karena dibangun sewaktu masa penjajahan Inggris, termasuk apartemen yang saya tinggali. Hampir tidak ada bangunan baru yang dibangun di negara ini karena berbagai macam alasan. Namun bangunan yang telah berumur ini menurut saya member kesan tersendiri mengenai kota ini, jadi terlihat lebih authentic menurut saya.

Victoria Falls, adalah air terjun terbesar di dunia yang kebetulan berada di antara 2 negara yaitu Zimbabwe dan Zambia, jadi masing-masing Negara membuka tempat wisata untuk dapat melihat air terjun ini. Saya belum pernah melihat Victoria Falls dari sisi Zambia, namun menurut saya dari sisi Zimbabwe sudah sangat sangat terlihat kemegahannya. Dari sisi Zimbabwe terdapat lebih dari 10 viewpoints yang disediakan, anda bisa memilih viewpoints mana yang akan dijadikan latar belakang foto anda. Saya sudah 3 kali mengunjungi air terjun ini dan tidak ada kata bosan karena ya memang pemandangannya yang luar biasa indah, perjalanan menuju kesini dari Harare jika dilakukan dengan perjalanan darat juga sangat menarik dan ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi paling tidak sekali seumur hidup jika anda memang menggemari keindahan alam.

Jacaranda di Harare

Victoria Falls terletak agak jauh dari ibukota Negara, diperlukan waktu tempuh lebih dari 12 jam dengan kendaraan pribadi dengan jarak dari ibukota kurang lebih 800an Km. Tiga kali saya kesana, semuanya dengan kendaraan pribadi, dua kali dengan menginap dulu di tengah perjalanan, yaitu di kota Bulawayo, dan satu kali kami mencoba langsung menuju kesana tanpa menginap dan bermalam di jalan.

Suasana di Victoria Falls hampir seperti Bali di Indonesia, karena tempatnya yang sangat touristy, banyak tempat makan, penginapan yang disediakan khusus untuk para wisatawan menurut saya sangat berbeda dengan suasana  Zimbabwe pada umumnya di luar Victoria Falls yang nampak tidak semegah dan segemerlap Vicfalls.

Sebenarnya ada cara lain untuk pergi ke Vicfalls, yaitu dengan menumpang pesawat terbang dari Harare, namun kami tidak memilih opsi itu karena selain menghemat biaya kami lebih senang melakukan perjalanan darat karena kami bisa melihat berbagai pemandangan yang ada, pemandangan kota-kota kecil sepanjang jalan menuju Bulawayo, atau pedesaan dan ladang-ladang milik warga serta rumah adat mereka yang masih banyak tersebar di pinggir jalan.

Masih banyak tempat-tempat indah lainnya yang kami telah kunjungi di Negara ini, yang akan saya tulis di post selanjutnya.

Pelangi di Vicfalls

Thursday, November 24, 2016

Ke Bima..day 3

Pada postingan sebelumnya saya telah menceritakan tentang bagaimana berubah-ubahnya rencana kami saat itu, karena memang ya tidak ada sesuatu yang pasti dalam sebuah road trip, touring maupun backpacking, semua rencana dapat berubah seketika karena banyak hal. Tapi perubahan rencana tersebut bukanlah sesuatu yang buruk, itu adalah bagian dari perjalanan yang harus kita hadapi. Selalu berpikiran positif itu salah satu kuncinya, jika kita tidak dapat mencapai tempat yang direncanakan, itu bukan masalah, karena prinsip saya, seperti banyak qoutes tentang travelling, adalah the destination is not that important, the journey is. Intinya adalah sebisa mungkin fokus kepada perjalanan, nikmatilah perjalanannya, jika bisa mencapai tujuan, well, that`s the bonus.

Berikut ini akan saya tampilkan rute perjalanan berangkat dari Yogyakarta, Tuban, hotel Cerah di Paiton, kembali ke Pasuruan, Malang, Probolinggo, Jember, Singaraja, Lombok, Bima.


Pada hari ketiga perjalanan, kegalauan dimulai. Pada hari ini kami mulai bimbang apakah tetap akan melanjutkan perjalanan menyeberang ke Bali atau berputar-putar dulu di Jawa Timur selama kurang lebih seminggu agar dapat menghadiri pernikahan di Jember, baru kemudian menyeberang ke Bali. Ada juga alternatif lain yang sempat kami pikirkan saat itu, namun akan sangat tidak efektif dan efisien, yaitu kami menyeberang ke Bali dan Lombok mungkin pada hari itu, stay selama kurang lebih seminggu, kemudian baru menuju ke Jember dan dilanjutkan dengan pulang ke Yogyakarta.

Namun akhirnya, setelah dibicarakan dengan saksama, diputuskan bahwa, menghadiri pernikahan dulu sebelum ke Bali adalah pilihan yang tepat, karena memang kami juga belum pernah berkeliling Jawa Timur bagian timur dan selatan. Hal lain yang membuat kami mengubah rencana adalah pada pagi itu, kami dihubungi oleh sepupu kami bahwa dia sedang berada di penginapan di RM. Tengger di Pasuruan. Kamipun dengan segera memutuskan untuk segera menuju ke arah Pasuruan dan memintakan sepupu kami untuk mencarikan kamar dan Alhamdulillah, masih ada kamar kosong. Rencana kami seketika berubah menjadi kembali ke arah Pasuruan, menginap disana selama satu malam dan kemudian menuju ke Malang, dimana saudara dari istri berkumpul untuk bersama-sama menuju ke Jember.

Jalanan di Sumbawa
Setelah check out dari hotel Cerah, kembalilah kami menuju ke arah barat untuk sampai ke RM Tengger di kota Pasuruan yang jaraknya tidak begitu jauh. Sebelum tengah hari kami telah sampai dan beristirahat sebentar. Sore harinya kami keluar mencari makanan kecil untuk di penginapan dan tali jemuran kacil untuk kami pasang di mobil. Dalam perjalanan ini kami memang sudah bersiap membawa deterjen dan ember lipat untuk mencuci pakaian in case di penginapan tidak tersedia jasa cuci mencuci atau karena kami memang hanya transit semalam dan menggunakan jasa laundry di penginapan tidak memungkinkan. Setelah semua didapat, kami kembali ke penginapan, untuk mandi dan beristirahat dan memesan makan malam dari rumah makan penginapan.....


Wednesday, November 23, 2016

Ke Bima...day 1

Perjalanan kali ini merupakan perjalanan yang sebenarnya tidak sesuai dengan rencana kami (saya dan istri) karena jadwal libur yang berubah dan keterbatasan waktu yang kami punya. Rencana awalnya adalah kami akan pergi ke Larantuka menggunakan sepeda motor, namun karena tepat seminggu setelah lebaran sepupu dari istri saya menikah di kota Jember, maka kami sepakat untuk pergi menggunakan mobil saja karena jika harus datang ke pernikahan di luar kota menggunakan sepeda motor sangatlah tidak nyaman dan praktis. Walaupun pernikahannya masih seminggu setelah lebaran, namun kami berangkat meninggalkan kota Yogyakarta pada hari pertama lebaran karena setelah Sholat Idul Fitri bersama keluarga dari istri saya, kami harus pergi ke kota Tuban untuk bertemu dengan orang tua saya yang hari sebelumnya telah berangkat ke Tuban untuk merayakan lebaran disana. Kami sempat mempunyai rencana untuk tidak jadi datang ke acara pernikahan sepupu istri saya dan langsung melanjutkan perjalanan ke timur, namun dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami tetap pergi ke Jember walaupun sebelum itu kami sempat menginap di Bondowoso, Pasuruan dan Malang terlebih dahulu...

Somewhere diantara Sumbawa Besar dan Dompu
Kami berangkat sekitar pukul 10 atau 11 siang dari rumah mertua saya di jalan Parangtritis Yogyakarta, melewati Kotagede, Gedong Kuning dan akhirnya sampai ke jalan Solo. Perjalanan kali itu tidak langsung menuju ke Tuban, yang berada di pantai utara Jawa Timur, namun harus mengantar ibu mertua saya ke Solo dulu, baru setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Tuban. Jalanan relatif lancar pada siang itu, mungkin karena masih banyak orang yang berkumpul bersama dengan keluarganya. sekitar pukul 1 siang kami sampai ke kota Solo dan mampir sebentar, bersalam-salaman dengan keluarga di Solo dan melanjutkan perjalanan. Dari kota solo kami mengikuti jalur utama menuju kota sragen, ngawi dan kemudian berbelok ke arah utara menuju kota Bojonegoro. Di sekitar wilayah Padangan kami sempat beristirahat sejenak untuk sholat jama` Dhuhur dan Ashar. Jalanan menuju arah Bojonegoro dari Ngawi sudah relatif mulus dan hanya sedikit kendaraan yang lewat jadi kami bisa memacu si Blue lebih cepat dan pada sekitar pukul 5 kami sudah sampai di jalan WR Supratman di kota Tuban....

Dashboard Suzuki Karimun Wagon R
Pada perjalanan kali ini kami menggunakan mobil kecil yang punya tagline SMART dari pabrikan berlambang huruf "S" yang saat itu baru berumur sekitar 6 bulan. Mobil LCGC (Low Cost Green Car) ini adalah mobil pertama kami yang benar-benar masih standar untuk mesinnya. Keputusan kami membeli mobil merek ini dibanding merek yang lain adalah karena saya sudah sangat mengenal merek ini. Bayangkan saja, orang tua saya sudah mempunyai 3 jenis mobil dari merek ini selama 10 tahun tanpa pernah ada masalah berarti ditambah dulu juga pernah merasakan Suzuki Sidekick lama milik saudara selama beberapa bulan. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak membeli si Blue ini. Alasan lain adalah dengan harga yang cukup rendah dibandingkan dengan merek lain, kami dapat fitur standar yang lumayan, versi GL dengan audio single DIN, AC, power steering, central lock, power window (walau hanya untuk jendela depan), immobilizer, seatbelt untuk kelima penumpang, roofrail, dan kabin yang menurut saya lumayan lega dibandingkan dengan merek lain karena bentuknya yang cenderung kotak sehingga ruang di atas kepala juga cukup tinggi. Tidak banyak ubahan yang saya lakukan, saya hanya mengganti ban bawaan dengan diameter yang lebih besar yaitu R14, mengganti lampu depan dengan Osram NBR, menambahkan third brake light variasi, menambahkan Balance Sport Damper di semua kaki-kaki, memasang alarm, kaca film Solar Gard dan memasang sarung jok variasi.