Perjalanan dengan sepeda motor kali ini adalah perjalanan
dengan total jarak terjauh yang pernah saya dan istri saya tempuh. Perjalanan
dimulai dari jalan Parangtritis di Yogyakarta menuju bali melalui jalur selatan
pulau Jawa. Perjalanan ini memakan waktu selama 10 hari. Ya, memang sangat lama
untuk perjalanan dengan jarak yang mungkin tidak terlalu jauh dan hanya satu
kali jalan, bukan perjalanan pulang pergi, karena memang kita berhenti hampir
di setiap kota besar yang dilewati.
Tujuan lainnya adalah karena saya ingin mencoba mainan
(baca: sepeda motor) baru saya yaitu Kawasaki d'tracker 2016) belum banyak
ubahan yang saya lakukan terhadap sepeda motor ini, hanya menambahkan bracket
custom untuk top box dan menambah busa jok yang aslinya menurut saya sangat
tipis, selain itu semuanya masih sutandar..darr..
Pantai Banyu Tibo |
Hari pertama kami berhenti di kota Pacitan setelah
sebelumnya kami mengunjungi pantai Banyu Tibo, pantai Mbuyutan dan pantai Srau.
Jika dari arah Yogyakarta menuju ke pantai -pantai tersebut tidaklah susah.
Tinggal ikuti petunjuk di sepanjang jalan. Untuk pantai Banyu Tibo dikenakan
biaya masuk 5000 rupiah per orang dan biaya parkir 2000 rupiah. Penampakan
pantai Banyu Tibo ternyata tidak seindah yang digembar-gemborkan. Banyaknya
warung di pinggirnya cukup mengganggu pemandangan. Lagi pula kita tidak bisa
bermain pasir karena ombaknya cukup kencang dan pantainya berada di dasar
tebing.
Setelah berfoto secukupnya, kami melanjutkan perjalanan
ke pantai Mbuyutan. Dari pantai Banyu Tibo ke pantai Mbuyutan memakan waktu 1
jam melalui jalanan yang aspalnya sudah terkelupas di sana sini. Perjalanan ke
pantai Mbuyutan diakhiri dengan menuruni jalan beton yg cukup curam.
Pemandangan di pantai Mbuyutan merupakan yang terbaik di antara 3 pantai yang
kami kunjungi hari ini. Garis pantainya yang panjang dilengkapi dengan deburan
ombak yang cukup tenang dan pasirnya yang putih. Saat kami berkunjung, tidak
banyak orang di pantai ini. Sungguh serasa pantai pribadi. He3. Di pantai ini
tidak perlu membayar retribusi, bahkan uang parkir. Beberapa warung menjajakan
menu nasi goreng, mie instan dan aneka minuman dengan harga terjangkau.
Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan ke
pantai Srau. Jalan menuju panrai Srau cukup mudah. Dari pantai Mbuyutan ke
pantai Srau hanya memakan waktu 30 menit. Kawasan pantai srau paling tertata
di antara 3 pantai yg lain. Pedagang sudah ditempatkan pada bangunan permanen
dan terdapat Mushola dan kamar mandi umum di area ini. Garis pantai Srau juga
panjang dan pasirnya juga putih walaupun tidak seputih pantai Mbuyutan. Karena
sudah sore suasana di pantai Srau cukup ramai.
Perjalanan kemudian kami lanjutkan menuju penginapan, karena
belum melakukan booking sebelumnya, kami sempat berhenti sejenak di sebuah
masjid untuk istirahat, sholat dan mencari tempat menginap. Hanya ada beberapa
penginapan di pusat kota yang sesuai dan karena hari sudah semakin gelap kami
memutuskan untuk menginap di Hotel Pacitan. Hotel ini terletak di jalur utama
di seberang alun-alun kota Pacitan.
Hari kedua kami berniat mencari sarapan di sekitar
alun-alun, namun, mungkin karena masih terlalu pagi, kami tidak melihat ada
penjual sarapan yang buka dan kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan
bersiap melanjutkan perjalanan. Tujuan kami di hari kedua ini adalah kota Trenggalek.
Kami berencana lewat jalur selatan karena penasaran dengan Pantai Soge yang
dapat dilihat dari jalur selatan Pacitan. Sebelum sampai Pantai Soge, kami
mampir dulu sarapan di warung mie ayam. Setelah selesai sarapan, gerimis mulai
turun dan kami pun bergegas untuk segera melanjutkan perjalanan.
Jalan lintas selatan yang menghubungkan Pacitan dengan
kota Trenggalek terbilang cukup mulus, namun banyak tanjakan yang cukup curam
yang cukup membuat si Suki (motor saya) kewalahan, apalagi setelah melewati JLS
dan kembali ke jalur utama Pacitan-Trenggalek. Di tengah perjalanan hujan pun
turun sehingga kami pun harus berteduh sebentar. Sebenarnya, pada saat itu kami
membawa jas hujan, namun karena kami malas memakai dan juga membereskannya
lagi, kami enggan memakainya. Setelah hujan berhenti dan berganti gerimis kecil
kami pun melanjutkan perjalanan. Karena pada hari itu adalah hari Jumat, saya pun
berhenti sejenak untuk menunaikan sholat Jumat, namun setelah selesai sholat,
hujan turun dengan derasnya dan karena kami masih malas mengenakan jas hujan,
kami pun berniat menunggu hingga hujan reda.
Setelah menunggu cukup lama, bersama dengan jamaah yang
lain, hujan belum juga reda dan pada akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan dengan menggunakan jas hujan setelah mendapatkan informasi bahwa
kota Trenggalek tidak jauh lagi.
Rencananya, kami akan mengunjungi hutan mangrove di
pantai Cengkrong, namun jika melihat dari gmaps maupun gps yang saya punya,
dari arah sebelum kota Trenggalek dari arah Pacitan, tidak ada jalan yang cukup
pasti untuk sampai ke sana tanpa melewati pantai Prigi, yang jalurnya berada di
sebelah timur kota Trenggalek, kami pun membatalkan rencana tersebut dan
langsung menuju kota Trenggalek.
Di tengah hujan lebat, sampailah kami di kota Trenggalek
dan kami mampir sejenak ke pom bensin untuk mengisi bensin sekaligus mencari
hotel yang tersedia. Dari review yang ada dan juga faktor harga, kami
memutuskan untuk menginap di hotel Widowati. Hotel yang kami tempati cukup
nyaman, kami memilih kamar dengan AC dan air panas karena AC akan kami gunakan
untuk mengeringkan riding gear dan pakaian kami yang istri saya cuci dan air
panas karena kami ingin menghangatkan diri setelah kehujanan dan karena di
hotel di Pacitan kami memilih hotel yang tidak menyediakan air panas.
Hari sudah sore sewaktu kami tiba di hotel dan karena
hujan di sepanjang perjalanan, kami tidak sempat makan siang, kami memesan makan
di hotel tersebut dan beristirahat sambil menunggu hujan reda. Hujan pun tak
kunjung reda, kami memutuskan untuk memesan makan malam dari hotel dan tetap
tinggal di kamar hingga pagi tiba. Setelah mandi pagi kami pergi ke lobi untuk
sarapan dan segera bersiap-siap untuk menuju ke kota berikutnya.
Blitar, itu adalah kota tujuan kami selanjutnya, jaraknya
tidak begitu jauh dari Trenggalek dan siang hari, kami pun sudah tiba di Blitar.
Sebelumnya kami sempat browsing dan memilih-milih hotel mana yang akan kami
tempati selama di Blitar, agar tidak salah pilih seperti hotel kami di Pacitan.
Akhirnya, pilihan jatuh kepada hotel Patria Garden. Kami tidak melakukan
reservasi terlebih dahulu di hotel itu namun memutuskan untuk go show.
Alhamdulillah masih ada kamar tersedia, walaupun jenis kamar yang kami inginkan
sudah habis karena menjelang hari raya Imlek namun selama perjalanan, Hotel di
Blitar inilah yang menurut kami berdua paling baik value for money-nya.
Setelah sholat dan menurunkan barang bawaan, kami menuju rumah
masa kecil Presiden pertama RI atau disebut juga dengan Istana Gebang.
Sebenarnya tidak ada maksud khusus, namun kami hanya penasaran. Alasan lainnya
adalah jika kami sudah sampai Blitar akan terasa aneh jika kami tidak
mendatangi tempat yang berhubungan dengan Presiden pertama RI tersebut.
kami memutuskan untuk mencari makan siang setelah dari
Istana Gebang dan setelah melakukan riset singkat, pilihan jatuh kepada soto Bok
Ireng yang katanya cukup terkenal di Blitar. Porsinya cukup kecil namun rasanya
menurut saya pribadi cukup enak, hanya istri saya yang tidak begitu suka dengan
rasanya.
Tujuan selanjutnya adalah Tempat yang kami tuju berikutnya
adalah candi Penataran yang sering disebut di pelajaran sejarah. Tidak ada alasan
khusus juga mengapa kami mendatangi candi ini, hanya karena sering disebut di pelajaran
sejarah dulu maka kami penasaran terhadap candi tersebut. Setelah dari candi Penataran,
tidak ada agenda lainnya, kami hanya mampir ke toko serba ada di kota Blitar untuk
membeli makanan kecil, minuman dan detergen setelah itu kami pulang kembali ke
hotel.
Setelah
menunaikan sholat Maghrib, kami pun kembali keluar untuk mencari makan malam, sebenarnya
kami mencari nasi jagung ampok yang terkenal di Blitar, namun karena tidak
menemukannya, kami pun membeli ayam goreng di depan toko pakaian Apollo di
Blitar, setelah itu, kami kembali ke hotel untuk beristirahat...
Komplek Candi Penataran |
No comments:
Post a Comment