Saturday, February 20, 2016

Eastbound...Part 1

Perjalanan dengan sepeda motor kali ini adalah perjalanan dengan total jarak terjauh yang pernah saya dan istri saya tempuh. Perjalanan dimulai dari jalan Parangtritis di Yogyakarta menuju bali melalui jalur selatan pulau Jawa. Perjalanan ini memakan waktu selama 10 hari. Ya, memang sangat lama untuk perjalanan dengan jarak yang mungkin tidak terlalu jauh dan hanya satu kali jalan, bukan perjalanan pulang pergi, karena memang kita berhenti hampir di setiap kota besar yang dilewati.
 
Pantai Banyu Tibo
Tujuan lainnya adalah karena saya ingin mencoba mainan (baca: sepeda motor) baru saya yaitu Kawasaki d'tracker 2016) belum banyak ubahan yang saya lakukan terhadap sepeda motor ini, hanya menambahkan bracket custom untuk top box dan menambah busa jok yang aslinya menurut saya sangat tipis, selain itu semuanya masih sutandar..darr..  

Pantai Banyu Tibo

Hari pertama kami berhenti di kota Pacitan setelah sebelumnya kami mengunjungi pantai Banyu Tibo, pantai Mbuyutan dan pantai Srau. Jika dari arah Yogyakarta menuju ke pantai -pantai tersebut tidaklah susah. Tinggal ikuti petunjuk di sepanjang jalan. Untuk pantai Banyu Tibo dikenakan biaya masuk 5000 rupiah per orang dan biaya parkir 2000 rupiah. Penampakan pantai Banyu Tibo ternyata tidak seindah yang digembar-gemborkan. Banyaknya warung di pinggirnya cukup mengganggu pemandangan. Lagi pula kita tidak bisa bermain pasir karena ombaknya cukup kencang dan pantainya berada di dasar tebing.
 
Pantai Mbuyutan
Setelah berfoto secukupnya, kami melanjutkan perjalanan ke pantai Mbuyutan. Dari pantai Banyu Tibo ke pantai Mbuyutan memakan waktu 1 jam melalui jalanan yang aspalnya sudah terkelupas di sana sini. Perjalanan ke pantai Mbuyutan diakhiri dengan menuruni jalan beton yg cukup curam. Pemandangan di pantai Mbuyutan merupakan yang terbaik di antara 3 pantai yang kami kunjungi hari ini. Garis pantainya yang panjang dilengkapi dengan deburan ombak yang cukup tenang dan pasirnya yang putih. Saat kami berkunjung, tidak banyak orang di pantai ini. Sungguh serasa pantai pribadi. He3. Di pantai ini tidak perlu membayar retribusi, bahkan uang parkir. Beberapa warung menjajakan menu nasi goreng, mie instan dan aneka minuman dengan harga terjangkau.
 
Pantai Srau
Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan ke pantai Srau. Jalan menuju panrai Srau cukup mudah. Dari pantai Mbuyutan ke pantai Srau hanya memakan waktu 30 menit. Kawasan pantai srau paling tertata di antara 3 pantai yg lain. Pedagang sudah ditempatkan pada bangunan permanen dan terdapat Mushola dan kamar mandi umum di area ini. Garis pantai Srau juga panjang dan pasirnya juga putih walaupun tidak seputih pantai Mbuyutan. Karena sudah sore suasana di pantai Srau cukup ramai.

Perjalanan kemudian kami lanjutkan menuju penginapan, karena belum melakukan booking sebelumnya, kami sempat berhenti sejenak di sebuah masjid untuk istirahat, sholat dan mencari tempat menginap. Hanya ada beberapa penginapan di pusat kota yang sesuai dan karena hari sudah semakin gelap kami memutuskan untuk menginap di Hotel Pacitan. Hotel ini terletak di jalur utama di seberang alun-alun kota Pacitan.
Hari kedua kami berniat mencari sarapan di sekitar alun-alun, namun, mungkin karena masih terlalu pagi, kami tidak melihat ada penjual sarapan yang buka dan kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan bersiap melanjutkan perjalanan. Tujuan kami di hari kedua ini adalah kota Trenggalek. Kami berencana lewat jalur selatan karena penasaran dengan Pantai Soge yang dapat dilihat dari jalur selatan Pacitan. Sebelum sampai Pantai Soge, kami mampir dulu sarapan di warung mie ayam. Setelah selesai sarapan, gerimis mulai turun dan kami pun bergegas untuk segera melanjutkan perjalanan.
 
Makan mie ayam
Jalan lintas selatan yang menghubungkan Pacitan dengan kota Trenggalek terbilang cukup mulus, namun banyak tanjakan yang cukup curam yang cukup membuat si Suki (motor saya) kewalahan, apalagi setelah melewati JLS dan kembali ke jalur utama Pacitan-Trenggalek. Di tengah perjalanan hujan pun turun sehingga kami pun harus berteduh sebentar. Sebenarnya, pada saat itu kami membawa jas hujan, namun karena kami malas memakai dan juga membereskannya lagi, kami enggan memakainya. Setelah hujan berhenti dan berganti gerimis kecil kami pun melanjutkan perjalanan. Karena pada hari itu adalah hari Jumat, saya pun berhenti sejenak untuk menunaikan sholat Jumat, namun setelah selesai sholat, hujan turun dengan derasnya dan karena kami masih malas mengenakan jas hujan, kami pun berniat menunggu hingga hujan reda.

Setelah menunggu cukup lama, bersama dengan jamaah yang lain, hujan belum juga reda dan pada akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan jas hujan setelah mendapatkan informasi bahwa kota Trenggalek tidak jauh lagi.
Rencananya, kami akan mengunjungi hutan mangrove di pantai Cengkrong, namun jika melihat dari gmaps maupun gps yang saya punya, dari arah sebelum kota Trenggalek dari arah Pacitan, tidak ada jalan yang cukup pasti untuk sampai ke sana tanpa melewati pantai Prigi, yang jalurnya berada di sebelah timur kota Trenggalek, kami pun membatalkan rencana tersebut dan langsung menuju kota Trenggalek.
 
Berteduh antara Pacitan-Trenggalek
Di tengah hujan lebat, sampailah kami di kota Trenggalek dan kami mampir sejenak ke pom bensin untuk mengisi bensin sekaligus mencari hotel yang tersedia. Dari review yang ada dan juga faktor harga, kami memutuskan untuk menginap di hotel Widowati. Hotel yang kami tempati cukup nyaman, kami memilih kamar dengan AC dan air panas karena AC akan kami gunakan untuk mengeringkan riding gear dan pakaian kami yang istri saya cuci dan air panas karena kami ingin menghangatkan diri setelah kehujanan dan karena di hotel di Pacitan kami memilih hotel yang tidak menyediakan air panas.

Hari sudah sore sewaktu kami tiba di hotel dan karena hujan di sepanjang perjalanan, kami tidak sempat makan siang, kami memesan makan di hotel tersebut dan beristirahat sambil menunggu hujan reda. Hujan pun tak kunjung reda, kami memutuskan untuk memesan makan malam dari hotel dan tetap tinggal di kamar hingga pagi tiba. Setelah mandi pagi kami pergi ke lobi untuk sarapan dan segera bersiap-siap untuk menuju ke kota berikutnya.

Blitar, itu adalah kota tujuan kami selanjutnya, jaraknya tidak begitu jauh dari Trenggalek dan siang hari, kami pun sudah tiba di Blitar. Sebelumnya kami sempat browsing dan memilih-milih hotel mana yang akan kami tempati selama di Blitar, agar tidak salah pilih seperti hotel kami di Pacitan. Akhirnya, pilihan jatuh kepada hotel Patria Garden. Kami tidak melakukan reservasi terlebih dahulu di hotel itu namun memutuskan untuk go show. Alhamdulillah masih ada kamar tersedia, walaupun jenis kamar yang kami inginkan sudah habis karena menjelang hari raya Imlek namun selama perjalanan, Hotel di Blitar inilah yang menurut kami berdua paling baik value for money-nya.
 
Salah satu ruangan di Istana Gebang
Setelah sholat dan menurunkan barang bawaan, kami menuju rumah masa kecil Presiden pertama RI atau disebut juga dengan Istana Gebang. Sebenarnya tidak ada maksud khusus, namun kami hanya penasaran. Alasan lainnya adalah jika kami sudah sampai Blitar akan terasa aneh jika kami tidak mendatangi tempat yang berhubungan dengan Presiden pertama RI tersebut.

kami memutuskan untuk mencari makan siang setelah dari Istana Gebang dan setelah melakukan riset singkat, pilihan jatuh kepada soto Bok Ireng yang katanya cukup terkenal di Blitar. Porsinya cukup kecil namun rasanya menurut saya pribadi cukup enak, hanya istri saya yang tidak begitu suka dengan rasanya.
 
Soto Bok Ireng
Tujuan selanjutnya adalah Tempat yang kami tuju berikutnya adalah candi Penataran yang sering disebut di pelajaran sejarah. Tidak ada alasan khusus juga mengapa kami mendatangi candi ini, hanya karena sering disebut di pelajaran sejarah dulu maka kami penasaran terhadap candi tersebut. Setelah dari candi Penataran, tidak ada agenda lainnya, kami hanya mampir ke toko serba ada di kota Blitar untuk membeli makanan kecil, minuman dan detergen setelah itu kami pulang kembali ke hotel.

Setelah menunaikan sholat Maghrib, kami pun kembali keluar untuk mencari makan malam, sebenarnya kami mencari nasi jagung ampok yang terkenal di Blitar, namun karena tidak menemukannya, kami pun membeli ayam goreng di depan toko pakaian Apollo di Blitar, setelah itu, kami kembali ke hotel untuk beristirahat...
Komplek Candi Penataran